PLUTO BUKAN PLANET (LAGI)

Artikel ini saya tulis sebagai jawaban pertanyaan murid-muridku sekalian yang masih bingung tentang keberadaan “Planet Pluto”, sebenarnya saya pengin buktiin sendiri tapi karena di Stasiun Lebak Bulus ga ada tiket jurusan Pluto, ywdah lah saya manut aja ama orang-orang pinter yang tentunya lebih pengalaman.. hehe
 
 
Orang-orang pinter yang saya maksud adalah beliau-beliau yang tiap harinya ngurusin Sistem Tata Surya termasuk benda-benda langit dan perbintangan zodiac masuk ga ya…?! Au deh klo termasuk berarti pinter ngeramal, mau dunk diramalin… wkwkw  dan terkumpul dalam sebuah “paguyuban” yang namanya International Astronomical Union (IAU) kemudian pada tanggal 24 Agustus 2006 lalu mengadakan Sidang Umum ke-26 di Praha, Republik Ceko, yang berakhir 25 Agustus dan menghasilkan sebuah keputusan besar yaitu :
 
= PLUTO BUKAN TERMASUK PLANET DI SISTEM TATA SURYA =
 
Nah berarti sejak tanggal itu PLUTO BUKAN PLANET lagi ya…
Terus alasannya kenapa dunk? Wah saya sendiri juga ga ngerti, coba kita simak aja hasil kesepakatan orang-orang pinter itu ya..

Ternyata rembugan itu berhasil mengeluarkan sebuah resolusi besar yang disebut RESOLUSI 5A tentang DEFINISI BARU PLANET, yang isinya :
 
>>> Mengorbit Matahari <<<
maksudnya :
benda-benda yang berada di tata surya dan mengitari Matahari,
 
>>> Berukuran massa yang cukup besar untuk mempertahankan bentuk <<<
maksudnya :
objeknya harusnya memiliki bentuk yang benar-benar bundar. Namun pada kenyataannya tidak ada planet yang bundar sempurna. Menuruti perputarannya, planet seringkali menjadi sedikit lonjong searah sumbu kutubnya.
 
Kriteria ini juga berarti sebuah planet harus memiliki gravitasi yang cukup untuk mengatasi kekuatan lain dan membentuk tubuh yang kurang-lebih bundar. Pluto mampu menjaga keseimbangan hidrostatis, mengingat banyaknya asteroid dan planet-planet kecil lainnya yang memiliki bentuk yang rancu atau tidak bundar.
 
>>> Memiliki jalur orbit yang jelas dan bersih <<<
Maksudnya :
Tidak ada benda langit lain di orbit tersebut, disinilah alasan kenapa Pluto tidak lagi disebut Planet. Pluto tidak termasuk katagori planet karena tidak memenuhi syarat yang ketiga. Orbit Pluto memotong orbit planet Neptunus sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Pluto kadang berada lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.
 
Nah udah tau kan sekarang? Tambah pinter dunk…
Ya iyalah, sapa dulu gurunya (hehehe)
Terus kalau bukan Planet, berarti apa dunk nyebutnya (wadew… punya murid pinter, ternyata repot juga), oke deh saya Tanya yang lebih pinter…
 
Pluto kemudian masuk dalam keluarga baru yang disebut planet kerdil atau planet katai (dwarf planets). Keluarga ini beranggotakan Pluto dan benda-benda langit lain di Tata Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan.

Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat, keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an lalu. Perdebatan tersebut dipicu berbagai penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Pluto masih layak disebut planet atau tidak.

"Karakteristik Pluto memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi kimianya lebih menyerupai komet daripada planet," ungkap astronom yang mendalami bidang ilmu-ilmu planet ini.

Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai benda langit yang masuk dalam kelompok Obyek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). Sabuk Kuiper sendiri adalah sebutan untuk wilayah di luar orbit planet Neptunus hingga jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari.
Hasil sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional ke-26 di Praha, Ceko, 25 Agustus lalu, mencabut status Pluto sebagai planet ke sembilan dalam tata surya kita. Dalam sidang tersebut Pluto dinyatakan tidak masuk dalam kategori planet namun hanya sebagai benda angkasa biasa. Definisi baru planet dalam sidang tersebut berubah, yaitu memiliki orbit yang mengelilingi Matahari, memiliki massa yang cukup besar dengan diameter lebih dari 800 kilometer. Ciri terakhir adalah memiliki orbit yang tidak memotong orbit planet lainnya. Sedangkan dalam kenyataannya, Pluto sudah dikenal sebagai planet ke sembilan dalam sistem tata surya kita. Namun, dalam pengamatannya, ternyata Pluto memiliki orbit yang sering kali menyimpang atau bersinggungan dengan orbit planet lainnya. Berdasar definisi terbaru itulah, akhirnya Pluto ditetapkan sebagai benda angkasa biasa dan planet kerdil.


Beberapa KBO sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan lebih besar daripada Pluto (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau "bulan". Beberapa obyek tersebut, antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180 km- 1.800 km), dan yang paling terkenal adalah obyek bernama 2003 UB313 yang ditemukan Michael Brown dari California Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu. Obyek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diameter 2.400 km, yang berarti lebih besar daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai planet ke-10 Tata Surya.
Tidak hanya kehilangan statusnya sebagai planet kesembilan di tata Surya, nama Pluto kini tinggal kenangan. Sejak 7 September, Minor Planet Center (MPC), organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan data mengenai asteroid dan komet di Tata Surya memberinya identitas baru sebagai asteroid dengan nomor 134340. "Satelit-satelit yang mengelilingi Pluto, yakni Charon, Nix, dan Hydra dianggap satu sistem sehingga tidak diberikan penomoran berbeda," kata direktur emeritius MPC, Brian Marsden. Namun, ketiganya akan disebut 134340 I, II, dan III. Penamaan ini merupakan tindak lanjut keputusan Himpunan Astronomi Internasional (IAU) yang mengeluarkan Pluto dari kategori planet yang ditetapkan dalam Sidang Umum IAU. Meski belum didefiniskan secara formal. Pluto dikelompokkan ke dalam kategori planet kerdil bersama asteroid terbesar Ceres, dan Xena yang dipopulerkan sebagai planet kesepuluh saat penemuannya. Dengan masuknya Pluto sebagai asteroid, sejauh ini ada 136.563 objek asteroid yang telah dicatat MPC. Sebanyak 2.224 objek baru dicatat selama seminggu terakhir dan Pluto merupakan yang pertama. Xena yang saat penemuannya diberi identitas 2003 UB313 kini juga dikategorikan asteroid dengan nomor 136199. Sedangkan, dua objek baru yang ditemukan di daerah Kuiper Belt yakni 2003 EL61 dan 2003 FY9 disebut asteroid dengan nomor 136108 dan 136472. Meski demikian, MPC juga mengeluarkan pengumuman terpisah yang menyatakan bahwa pemberian identitas nomor asteroid kepada Pluto dan objek-objek besar dekat orbit Neptunus tidak menghalangi kemungkinan pengelompokan ganda. Misalnya, saat IAU menentukan katalog spesifik astronomi mengenai planet kerdil, objek-objek tersebut mungkin masuk dalam kelompok ini. mungkin masuk dalam kelompok ini.
 
Wah, sayang ya kalau Pluto tidak masuk lagi dalam keanggotaan Planet di Sistem Tata Surya kita, buku-buku pelajaran kita banyak yang dirubah dunk… (hehe iyalah, tapi jangan cemberut gitu, yang menyayangkan bukan kalian ja, ada lagi yang lebih kecewa, neh simak baik-baik)
Pluto sering dianggap "Si Bungsu dari Tata Surya" karena jaraknya yang terjauh dari Matahari dan ditemukan paling akhir dibandingkan delapan planet lainnya.
Keputusan melepas status planet dari Pluto tentu saja sangat mengejutkan semua pihak. "Kata 'planet' dan gagasan tentang planet bisa menjadi sangat emosional karena itu adalah hal yang kita pelajari sejak kita masih kanak-kanak," ungkap Richard Binzel, profesor ilmu-ilmu planet dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang menentang "pemecatan" Pluto, seperti dikutip Associated Press.

Orang paling terpukul dengan keputusan ini adalah Patricia Tombaugh (93), janda Clyde Tombaugh, ilmuwan yang menemukan Pluto pada 18 Februari 1930. "Ini sangat mengecewakan dan sangat membingungkan. Saya tidak tahu bagaimana harus menghadapi ini, rasanya seperti kehilangan pekerjaan," tuturnya kepada AP dari rumahnya di Las Cruces, New Mexico.

Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto, Januari lalu, mengaku merasa "malu" terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai 700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. "Ini benar-benar sebuah definisi yang ceroboh. It's bad science. Ini belum selesai," ujar Stern.


Orbit Pluto yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan planet lainnya juga membuat planet ini unik. Pluto juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri Planet X, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar orbit Neptunus dan menyebabkan gangguan pada orbit planet Uranus dan Neptunus. Meski ukuran Pluto kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian dari legenda Pluto.
Selain itu, keputusan pencabutan Pluto dari keluarga planet Tata Surya ini juga membawa konsekuensi perubahan seluruh buku pelajaran, kamus astronomi, buku pintar, dan ensiklopedia di dunia yang sudah terlanjur mencantumkan Pluto sebagai planet ke-9. Bayangkan kerepotan yang akan terjadi.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Dolanan Jawa "Menthok-menthok"

Vidi Aldiano, Pupus Kasih Tak Sampai