Terpenjara dalam Sajak

Kata sajak, aku adalah indah dengan setiap kata yang terangkai. Manusia-manusia yang sering mengotori, dengan serapah, caci, bahkan kutuk yang sebenarnya aku malu untuk dinamakan sajak. Tolong dulu kamu adalah manusia kecil yang sering menggoreskan penamu untuk melahirkanku.
"Aku dengar, tapi lepaskan aku darimu", rintihku sambil mengakui kata-kataku tak seindah dulu lagi, tapi yakinku kali ini bahwa hidupku tak sepenuhnya terwakili oleh sajak-sajak. Maaf aku telah dipelihara oleh pengembaraanku, dan dibesarkan oleh sejuta suasana. Semauku jika harus kutulis sajak sedih atau bahagia. Bahkan jikapun kotor akan kutulis, karena masa kelam laluku adalah sejarah.
"Ingatkah ketika tak seorangpun di sisimu, bahkan tangismu pun aku yang ungkap?" kata sajak.
"Baik apa maumu?". "Aku tak ingin terpenjara dalam sajakku sendiri"
Sajak menjawab dengan raut muka yang aku sangat hafal menandakan kesedihan tak berujung. "Kembalilah kapanpun engkau mau, karena mungkin aku lebih mengenalmu daripada hati dan jiwamu"
Ditulis oleh : Solichin Zuhdyan Taanny
Komentar
Posting Komentar